image
☆Cerita Satu Bintang☆
image image image image
Thursday, June 10, 2010

Hari ini banyak yang bikin pengen nulis ini. Karena liat blog seseorang, dan percakapan-tengah-malem-bersama-odading tentang seseorang yang bikin tangan gatel ngetik. Ini dia...

Orang pertama, kaget juga karena dia ini pola pikir dan isi blog-nya berasa baca punya sendiri, mirip! Di satu sisi ngerasa bersyukur karena pikiran2 autis gw ternyata ga sendiri, banyak juga yang bepikiran seperti gw. Herannya, ohmeeen..dia ini -sekilaspandanganmata- baik2 aja, ada temen, bisa dance -sesuatu yang sedari dulu gw impikan-, keluarga lengak-nan-bahagia (or so it seems), ternyata...bermasalah juga. Emang tiap orang bermasalah, cuma yang ini masalahnya setipe ma gw, dan itu aneh. Masalah hubungan-darah, kuliah, kepercayaan diri akan hidup, dan banyak hal lain, kayak kepikiran buat mengakhiri hidup. Perasaan mo bunuh diri itu tak disangka lumayan banyak yang pernah mikir begitu, bahkan mpe serius.

Berikutnya, ada sosok di angkatan gw yang tahun2 pertama bagaikan malaikat-siap-sedia-24/7-disebelahmu. Seriusan! Setiap orang setiap saat diperhatiin, ga jarang dirinya sendiri diacuhkan. Gapapa sih, hal ini mulai bermasalah saat si oknum merasa tidak adanya timbal-balik yang setimpal dari apa yang ia beri pada orang lain dan yang ia (harapkan) terima.
Kok bisa? Sederhana. Dia membantu dengan harapan: dirinya mendapatkan hal yang sama (perhatian, kasih, deesbe) dengan yang dia lakukan ke orang lain. Asas 'apa yang ditabur, itu yang dituai' gituh. Ga masalah, asal sama2 hepi. Namun, tidak. Cara dia terlalu care sama orang jadi cenderung berlebihan -bahkan- memaksa dan (sayangnya) terasa dibuat-buat. Yep, emang gw jahat, tapi gag cuma mulut gw yang berkata kea gini. Lanjut.
Sering dia mengorbankan tugas, waktu, uang, demi orang lain, yang belon tentu ngehargain-butuh-ato mau dibantu. Akhirnya, cuma dia yang terus terluka.
Usut punya usut, kenapa dia begini karena -menurut gw- perasaan tidak aman dengan hubungan-antar-pribadi yang tidak ia inginkan. Entah karena trauma ato apa, dia pengen 'mengukuhkan' hubungan dia dengan orang lain dengan cara menolong orang, dengan anggapan orang itu dah 'utang' moril (ato apalah, gw ga jago istilah beginian) ke dia. Dia merasa dengan dah nolong, berkorban, bahkan menipu diri sendiri dengan suka hal2 yang disukai teman2nya padahal dia ga suka, itu cara terbaik mengukuhkan status pertemanannya. Lupa bahwa ada hal sederhana mendasar yang jauh lebih kuat: perasaan saling menghargai, percaya, kasih, dan kejujuran (yak mang masih banyak yang lain, tapi cuma ini yang keinget).

Dua orang ini bener2 ngasih warna dan harapan banget. Di tengah ke-gakpastian gw lanjut kuliah dan semua persoalan diri-orang rumah-dan entah apa lagih, seolah Tuhan menguatkan dengan berkaca pada persoalan orang lain.
Lihat, mereka bisa bertahan dengan caranya sendiri, begitu pula kamu.

Labels:


Thursday, June 10, 2010